Mengapa Banyak Aksi Protes di Dunia? Dari Beirut, Hong Kong sampai Jakarta
Dalam beberapa pekan terakhir ini, protes massal banyak terjadi di berbagai negara, mulai dari Lebanon, Spanyol, Hong Kong, Indonesia, sampai dengan Chile. Penyebab, tujuan, dan metode aksi protes ini pasalnya berbeda-beda. Namun ternyata, jika dilihat dengan jeli, ada tema-tema yang serupa yang menghubungkan mereka satu dengan lainnya.
Jarak antara demonstrasi-demonstrasi dan juga aksi sampai menimbulkan kericuhan ini mungkin ribuan kilometer jauhnya, namun banyak yang diawali dengan alasan serupa. Dan sebagian mengambil inspirasi dari yang lainnya dalam cara menyusun dan mengorganisir serta mencapai tujuan mereka. Ini lah beberapa tema protes masyarakat yang akhirnya menjadi hal-hal yang memaksa masyarakat turun ke jalan di berbagai belahan dunia.
Ketimpangan
Banyak yang memprotes karena tak didistribusikannya kemakmukan di negaranya. Di beberapa negara, protes tentang hal ini dipicu oleh KENAIKAN HARGA-HARGA. Misalnya saja di Ekuador, Chile, dan Lebanon.
Demonstrasi yang terjadi di Ekuador pada bulan Oktober saat pemerintah mengumumkan mereka mencabut subsidi bahan bakar sebagai bagian dari bentuk pemotongan anggaran publik yang mana disetujui oleh IMF (Dana Moneter Internasional). akibatnya adalah harga bahan bakar meroket tinggi sehingga orang-orang tak mampu membelinya.
Yang dikhawatirkan adalah penduduk asli tak bisa membayar ongkos transportasi dan juga bahan makanan akan terus naik. Dan kelompok mereka lah yang akan terpukul keras.
Kemudian di Chile. Di Chile, yang menyebabkan protes dan aksi kericuhan sampai dengan saat ini adalah melonjaknya harga. Pemerintah sendiri menyalahkan ongkos energi yang melemahnya mata uang mereka yang mengakibatkan kenaikan ongkis angkutan umum. Namun demonsrtran menyatakan bahwa langkah itu adalah kebijakan untuk memeras orang miskin.
Di Lebanon, protes serupa dilakukan karena pemicunya adalah pengenaan pajak ke layanan panggilan WhatsApp. Namun itu hanya pemicu saja yang sebenarnya mereka menyuarakan soal persoalan ekonomi, korupsi dan tentu saja ketimpangan.
Korupsi
Korupsi pemerintah jadi sumber protes dan ini dikaitkan juga sebagai sumber ketimpangan. Misalnya saja di Lebanon. Demonstran-demonstran berpendapat bahwa mereka ada di situasi krisi ekonomi, sementara itu pemerintah menggunakan kekuasaannya untuk memperkaya dirinya sendiri lewat suap dan kesepakatan jahat.
Sama juga di Irak. Mereka menuntut sistem politik yang menurut mereka amat sangat mengecewakan untuk diakhiri. Salah satunya yang ditentang keras adalah penunjukkan jabatan berdasarkan kuota etnis dan sekretarian, bukan lah karena kemampuan. Mereka beranggapan bahwa pejabat sangat berpotensi untuk menyalahgunakan dana publik guna memperkaya diri dan pengikut-pengikut mereka sambil mengkorupsi uang rakyat.
Di Mesir, pada bulan September lalu diwakili oleh Mohamed Ali, pebisnis yang tinggal di pengasingan di Spanyol yang menuduh Presiden Abdel Fattah al-Sisi dan juga militer melakukan korupsi.
Sementara itu di Jakarta, kita masih ingat saat para mahasiswa turun ke jalan untuk menutut pemerintah menunda pengesahan undang-undang korupsi yang dinilai akan melemahkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Kebebasan Politik
Di Hong Kong, demonstran meminta pemerintah mencabut RUU yang disinyalir membuat Beijing berpotensi memiliki slot demo kendali lebih besar. Mereka ingin hak pilih universal, penyelidikan kekerasan polisi oleh pra penyelidik independen dan amnesti untu demonstran yang ditahan.
Di Barcelona juga terjadi aksi demonstrasi karena adanya pemenjaraan pemimpin separatis Katalunya yang dituduh menghasut sehubungan dnegan perannya dalam referendum tahun 2017 lalu. Demonstran Barcelona mengatakan bahwa mereka akan berjuang dan meniru para demonstran di Hong Kong
Leave a Reply